Bila kalian mau bersabar dalam kesusahan sebentar saja, niscaya kalian akan meraih kesenangan sepanjang hayat. (Thariq Bin Ziyad-The Conqueror of Andalusia)

Rabu, 29 Mei 2013

Keluarga Dakwah, Bukan Sekedar Keluarga SAMARA

Kajian@Masjid Agung Manunggal Bantul, Sabtu 30 Maret 2013 bersama Ustd. Luqman Hakim Syuhada Lc


Ikhwah Fillah, saya ingin sedikit berbagi karena merasa perlu menyampaikan beberapa kesimpulan kajian dengan tema “Mendamba Keluarga Dakwah” yang cukup telaten ana simak waktu itu. Masih ditopik Pernikahan, topik yang seru untuk dibahas, topik yang dimana-mana digandrungi oleh ikhwan-akhwat terutama yang berusia tanggung kyak antum ini.. hhe,

Tema yang barangkali belum banyak kita ketahui, belum ijadikan niatan awal ketika dua insan merajut tali pernikahan. Yakni “Mendamba Keluarga Dakwah” NOT! sekedar “Keluarga SAMARA” (Baca : SAkinah MAwaddah wa RAhmah) sebagai tujuan akhir sebuah pernikahan. Pun juga karena begitu banyaknya keluarga (khususnya aktifis) yang mungkin masih kurang tepat dalam memposisikan SAMARA sebagai tujuan akhir tertinggi dalam sebuah pernikahan. Yuk, Cekidot..

1. Keluarga SAMARA. Sakinah = Rasa tentram, terpuaskan ruhiyah maupun jasad. Mawaddah = Rasa cinta. Rahmah = Kasih sayang, bagai kasih sayang Ibunda ke anak.

2. SAMARA bukanlah tujuan tertinggi-tujuan diatas segala2nya dalam pernikahan.

3. Ada level tertinggi yang lebih tinggi dari sedekar keluarga SAMARA yakni keluarga “Dakwah”. SAMARA bisa diraih siapapun, tapi tidak dengan keluarga Dakwah. Perlu perjuangan berat untuk meraihnya.

4. Keluarga sakinah bisa diraih oleh siapasaja. Karena ini adalah fenomena fitroh. Yang ianya tidak ada kait hubungan dengan keshalihan seseorang. Sebagaimana yang terkandung dalam QS. Ar-Rum : 21 yang berbicara tentang fenomena alam.
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.”
Penjelasan :
-  Ayat diatas adalah jenis ayat Sunatullah kauniyah atau fenomena alam.
-  Ayat = tanda. Ayat dibagi dalam 2 jenis. Yakni  (1) Kalamullah dan (2) Sunatullah Kauniyah. Yang kemudian disebut hukum kalam dan hukum alam.
-  Untuk memahami, mudahnya ketika menjumpai ayat2 yang bercerita tentang fenomena gejala alam/hukum alam maka tanggapan kita terhadap ayat tersebut adalah “Oh, gitu ya.”
-  Berbeda dengan hukum kalam atau ayat qauliyah. Yang ia akan memberikan petunjuk/isyarat bagi kebenaan ayat kauniyah secara qath’I (selaras & pasti benar).
-  Untuk belajar lebih detil tentang Kalaullah dan Sunatullah Kauniyah silakan kunjungi link blog ini :http://iismim.blogspot.com/2010/03/keserasian-ayat-ayat-qauliyah-dan.html
-  Kurang lebih yang saya tangkap seperti itu kemarin, ada ralat? Monggo..

5. Namun ternyata dibalik ayat fenomena alam ada pesan secara tersirat dan ada perintah didalamnya. Contohnya ayat kauniyah tentang fenomena matahari. Maka kita memahami pada gejala alam matahari, terdapat tanda waktu shalat dhuhur (Matahari tepat diatas kepala), ashar (saat dimana panjang bayangan=panjang benda asli), dsb. Terdapat perintah untuk shalat dhuhur, ashar, mahgbrib, dsb.

6. Begitu juga fenomena SAMARA yang ianya hanya sekedar tanda. Maka dibalik tanda sebagaimana tanda waktu shalat, terkandung perintah dibalik fenomena ini.

7. Maka, “Baitu dakwah”, adalah keluarga yang bernafaskan dakwah didalamnya. Keluarga yang didalamnya ada “kerja-kerja dakwah”.

8. Kisah nabi Ibrahim mempoligami istri menunjukkan bahwa SAMARA bukanlah segala2nya. Menunjukkan ketaatan kepada Allah melebihi cita-cita SAMARA. Perintah mengasingkan Siti Hajar mengalahkan SAMARA. Menunjukkan perintah Allah : Jihad, Amar ma’ruf nahi munkar, dahwah adalah seharusnya lebih diutamakan. Tidak mendewakan SAMARA, lebih dari itu kita berkorban dan berjuang untuk dakwah.

9. Maka sejatinya menikah justru bukan alasan awal untuk rehat istirahat dari dakwah. Semestinya justru ia adalah titik tolak awal untuk lebih jauh menggapai tujuan dan tugas-tugas yang lebih besar. Yaitu menjalankan perintah yang ada dibalik fenomena SAMARA itu sendiri.
Contoh : Nabi Musa, Nabi Muhammad SAW. Yang jusru memulai dakwah setelah menikah.

10. Keluarga dakwah bukan sekedar keluarga yang SAMARA. Ianya adalah cita2 dan level yang lebih tinggi, agung dan mulia. Ia adalah misi suci yang sejati dari hidup seorang muslim dan muslimah.

11. (1) Anak yang shaleh (2) Mandul. Keluarga dakwah hanya memiliki 1 pilihan yakni Anak yang shaleh. Jika anak tidak shaleh, maka mandul kita. Karena akan sama saja ketika memiliki anak namun tidak shalih. Ianya hanya akan menjadi manusia yang memenuhi isi bumi dengan kemaksiatan dan kerusakan. Anak yang menjadi manusia dari banyak manusia yang hanya “memperebutkan dunia” semata.

12. Keluarga Dakwah berarti mempersembahkan anak-anak yang shaleh untuk Islam, anak keturunan yang rela mempersembahkan jiwa dan raganya untuk meninggikan dinullah, anak-anak terbaik yang alan memberatkan bumi dengan ketaatan kepada Allah.

13. Mudah-mudahan, nahnu tidak hanya mendamba keluarga SAMARA, lebih dari itu yakni mewujudkan cita-cita “Baiti Jannati” (Baca:Rumahku Syurgaku) yang seisi rumahnya mendamba terwujudnya “Keluarga Dakwah”. 

-----------------------------------------------
Alhamdulillah.akhirnya bisa juga merampungkan artikel singkat ini yg sdh lama bgt ingin sy upload. Hampir 2 bulan sudah, dengan perjuangan yg ckup berat disela2 kesibukan bekerja+males kambuh+ogah2an akhirnya rampung jg nyusun quotes ini.. 
Mudah-mudahan bermanfaat. .

0 komentar:

Posting Komentar